Terinspirasi oleh salah satu kamar dirumahku yang selain kelargaku tidak ada yang bernai tidur disitu bahkan kucing liar pun tidak berani masuk
“Dari
awal memang ide ini sudah gila.” Itulah yang aku katakan setelah semua ini
terjadi, setelah aku memergoki temanku melaksanakan sebuah ritual dirumahnya
dan kini ada hutang yang harus aku bayar atau hidupku tidak akan selamat.
Semuanya terjadi begitu cepat dan katanya hanya ada satu hal yang bisa aku
lakukan untuk menebus hutangku itu, yaitu dengan melakukan upacara pembersihan.
Dia menjelaskan kepadaku soal upacara itu dan ternyata tidak sesulit yang aku
bayangkan. Aku hanya disuruh duduk diam di kamarnya selama semalam tanpa
cahaya. Yah walaupun dia berkata bahwa semuanya akan berjalan dengan lancar,
tapi aku tetap khawatir karena yang aku tahu iblis tidak akan membuat sesuatu
begitu mudah bagi manusia. Tapi aku tidak punya jalan lain selain menyanggupinya.
Bedroom |
Dan
disinilah aku sekarang, duduk terdiam didalam kegelapan malam. Entah sudah
berapa lama aku duduk disini dan waktu seakan berjalan dengan sangat lambat.
Akupun teringat akan beberapa pesan temanku bahwa sebelum pintu ini dibuka dari
luar aku tidak boleh keluar atas alasan apapun dan ketika ada air yang menetes
dari atas segeralah berbaring di kasur dan tutuplah matamu lalu berdoalah
kepada Tuhan bahwa semua akan baik-baik saja sampai fajar menjelang.
“Tik-tok-tik-tok”
suara jam dinding dari ruangan sebelah terdengar berbunyi nyaring, entah sudah
berapa lama dia berdetak dari saat aku masuk ruangan ini. Sejak saat aku masuk
sampai sekarang belum ada kejadian atau bunyi-bunyi yang aneh yang berasal dari
luar atau dalam kamar, yang aku rasakan hanyalah rasa takut dan kegelisahan
yang amat sangat membuat pikiranku kacau. Hembusan angin dingin yang masuk
melalui ventilasi diatas jendela kamar yang membuatku sedikit menarik selimut.
Aku perhatikan jendela kamar tanpa gorden itu, kacanya yang begitu hitam
membuat sinar rembulan tidak bisa memasuki ruangan, sedangkan frame kacanya
terlihat sudah berumur cukup lama yang aku kira dibuat sekitar lima sampai enam
tahunan yang lalu. Aku bersyukur kepada Tuhan bahwa aku dianugerahi mata yang
bisa cepat beradaptasi dengan gelap.
Sudah
lama aku berada disini, matahari pun juga tidak kunjung terbit dan temanku pun
tidak kunjung membukakan pintu untukku. Firasatku buruk tentang ini, ruangan
yang tadinya sedikit bercahaya karena adaptasi mataku sekarang meremang dan benda-benda
di sekitarku mulai tidak tampak. Sudah aku usahakan mata ini untuk beradaptasi
dengan gelap lagi, tetapi kegelapan ini seolah tidak membiarkan mataku untuk beradaptasi
mendapat cahaya. “Apakah kali ini kegelapan menang melawan cahaya ?” pikirku
dalam hati. Tak selang beberapa menit semuanya sudah berubah menjadi hitam,
tidak ada sesuatupun di ruangan ini yang tampak. Dunia serasa meninggalkanku
sendiri di dalam kamar ini, menyisakanku dan suara nafasku yang mulai cepat.
Aku pun mulai menutup mataku, berusaha untuk mempusatkan semua inderaku ke
telinga dan indera perasaku.
Semuanya
begitu sepi dan kosong, tidak ada sesuatupun yang bergerak, semuanya tenang
seperti air yang menyembunyikan riaknya. Sampai pada suatu ketika aku merasakan
hawa yang membuat bulu halus tubuhku ini meremang. Seperti ada seseorang atau
sesuatu yang sedang mondar-mandir dibalik pintu kamar, langkahnya begitu cepat
dan lagatnya seperti orang yang sedang gelisah akan sesuatu. Dia terus saja
begitu sampai tiba-tiba dia terhenti, terdiam dibalik pintu itu, seperti menatapnya
dengan tatapan yang tidak bisa aku gambarkan dengan indera perasaku. Sreet...
Sreet suara pintu kamar yang terbuat dari kayu itu digaruk dengan pelan dengan
cakarnya yang tajam itu. Jantungku berdegup kencang, membayangkan skenario
terburuk yang akan terjadi padaku setelah ini. Aku hampir saja menangis ketika
suara itu hilang ditelan malam, menyisakan kesunyian yang mencekam seperti sebelumnya.
Aku pun mulai bernafas lega karena makhluk itu sudah pergi dan mulai
berpikir bahwa semuanya akan baik-baik saja sampai pagi menjelang. Tetapi aku
teringat sesuatu yang membuatku bergidik ngeri, bahwa iblis biasanya
mempermainkan perasaan manusia seperti ini, membuat manusia lengah sampai mereka puas dan mengakhirinya
dengan tragis. Tak berapa lama kemudian terdengarlah suara yang seakan
membuktikan akan pikiranku ini. “Criing... Cring...” suara lonceng kecil
terdengar dari kejauhan malam, semakin mendekat dan mendekat, membuatku
memejamkan mata semakin rapat dan mulai berdoa agar selamat. Suara itu terus
saja mendekat sampai di depan pintu kamar, menghasilkan keheningan malam ini
semakin menyayat batin. “Dar..Dar..Dar !!!!” suara pintu yang digedor dengan
sangat cepat mengagetkanku, rupanya makhluk itu berusaha untuk bisa masuk
kedalam. Aku dengar suara besi berderit yang aku perkirakan berasal dari engsel
pintu yang sudah tua itu akan copot beberapa detik lagi dan membiarkan makhluk
itu masuk. Sesaat sebelum engsel itu rusak, gedoran pintu itu pun berhenti. Aku
membuka mataku untuk memastikan bahwa pintu itu masih berada di tempatnya dan
tertutup rapat. Tetapi yang aku temukan hanyalah warna hitam yang pekat
menutupi ruangan, sama seperti disaat aku menutup mataku. Tiba-tiba saja suara
pintu terbuka mengagetkanku. “Ini tidak mungkin, apakah hidupku hanya sampai
sini ? apakah ini hanyalah sebuah trik dari iblis agar aku kehilangan akalku
dan menyerah ?.” kataku dalam hati. Keringat dingin mulai mengucur dari seluruh
tubuhku dan suara itu tidak kunjung berakhir, seperti seseorang dengan sengaja
membuka pintu sangat pelan dan membiarkan engsel pintu untuk berderit.
Diam.
Sudah beberapa menit yang lalu suara itu berhenti, meninggalkan keheningan
malam yang semakin mencekam. Makhluk itu sudah jelas sekarang berada didalam
kamarku, entah apa yang sedang dilakukan sekarang. Pikiranku semakin menggila
membayangkannya, membayangkan bahwa aku akan mati ditangan iblis dan dibawanya
ke neraka. Keringat dingin masih mengucur di tubuhku, membuat suasana malam ini
semakin dingin olehnya. Suara tetesan air mulai terdengar mebasahi lantai.
“Apakah ada gelas yang tumpah ?, tapi seingatku aku tidak membawa minuman ke
dalam kamar. Hujan pun sepertinya tidak” tanyaku dalam hati. Namun suara itu
terus terdengar seperti ada air yang merembes dari atap kamar dan yang lebih
aneh lagi adalah sepertinya tetesan itu bergerak, tidak terdiam saja disuatu
tempat tetapi seperti mengelilingi kasur tempatku duduk bersila. sampai pada
suatu momen dimana semua tulang-tulang yang ada didalam tubuhku melemas.
Tiba-tiba saja tetesan air itu membasahi kepalaku, membuatku bergidik ngeri.
Dan spontan saja aku lalu berbaring dan menutupi tubuhku dengan selimut.
Tetesan itu masih saja menetes diatas kepalaku, sampai-sampai selimut yang aku
pakai basah karenanya. Bau anyir bangkai kemudian tercium seiring basahnya
selimutku ini, akupun berpikir bahwa ini bukan tetesan air biasa. Akupun
mencoba mengusap-sapkannya di pipi, dan benar saja dugaanku, ini bukan air
tetapi lendir. Perasaanku semakin tidak enak, mencoba membaca ayat-ayat Tuhan
yang bisa aku ingat didalam pikiranku. Berharap sumber dari tetesan itu segera
pergi dan meninggalkan aku di tempat ini. Namun semua tidak seperti yang aku
harapkan, suara cakaran di eternit yang terbuat dari kayu sampai suara tawa yang
sangat mengerikan menambah kelamnya malam.
Tubuhku sudah
tidak bisa digerakkan lagi saking takutnya, keringat dingin ini pun
perlahan-lahan menjadi panas karena ditutupi selimut. Sungguh keadaan ini
seperti neraka ! bagaimana tidak ? ketika wajahmu tertutup oleh selimut yang
sudah basah oleh lendir berbau anyir dan suara tawa iblis di atasku membuatku
menjadi gila. Aku ingin sekali mengakhiri ini, aku ingin sekali kembali ke
kehidupan awalku yang normal, aku tidak ingin berada di kamar ini lagi. Aku
kemudian memantapkan niatku untuk melawan balik makhluk itu walaupun itu usaha
terakhirku didunia ini. Namun baru saja tangan ini digerakkan sejengkal saja
dari tempatnya semula. Tiba-tiba ada sesuatu yang menyentuh perutku, menusuknya
perlahan dan bermain disana, membentuk pola-pola sederhana. Aku bisa merasakan
darahku keluar dari bekas sentuhan itu, rasa perih tak tertahankan menemaniku
dalam ketakutan ini. Tak terasa air menetes dari mataku, sakit rasanya ketika
aku dipermainkan seperti ini. Akupun teringat akan semua kenangan ku didunia
dan merasa bahwa hidupku mungkin sudah tidak lama lagi. Aku pun berdoa kepada
Tuhan agar semuanya berakhir dengan baik dan menjauhkan diriku dari semua tipu
daya iblis.
Aku terus saja
berdoa sampai cakar itu dengan ajaibnya berhenti beserta tetesan dan juga gelak
tawa makhluk itu. Meninggalkanku lagi dengan kesunyian malam ini.
Cahaya terang
kemudian terlihat dibalik selimut basah ini, akupun menyibakkannya ke samping
kemudian membuka mataku. Melihat pintu sudah terbuka dan memancarkan cahaya
putih dari baliknya. Tanpa keraguan sedikitpun akupun bangkit dari kasur, dan
bersiap meninggalkannya sebelum sesuatu menggangguku. Pintu kamar seharusnya
hanya terletak beberapa jengkal dari kasur dan tidak sejauh ini. Akupun mulai
menatapnya apakah itu hanya trik iblis atau semacamnya atau kah itu benar-benar
harapan ?. Namun belum sempat aku berpikir lebih jauh pintu itu perlahan mulai
menutup sendiri. Tanpa pikir panjang akupun segera berlari menggapainya. Sudah
jauh aku berlari tetapi aku tidak kunjung menggapainya. Sesaat sebelum pintu
itu tertutup sesosok bayangan tiba-tiba saja muncul ditengah-tengah pintu itu,
akupun kemudian berhenti sejenak untuk memastikan sosok itu. Dari kejauhan
sosok itu hanya terlihat siluetnya saja karena backlight dari cahaya pintu itu.
Blink. Tiba-tiba saja bayangan itu berkedip dan berkedip dan dengan kedipan itu
bayangan itu semakin mendekat. Dengan tercekat akupun mengambil langkah mundur.
Tetapi bayangan itu berkedip semakin cepat sehingga tiba-tiba saja sudah berada
didepanku dan memukulku begitu keras sehingga aku pingsan.
Aku terbangun
disebuah kamar yang berbeda dari sebelumnya, lebih terang dengan cat berwarna
warna-warni. Tidak ada jendela dengan kaca gelap lagi, tidak ada bekas dobrakan
di pintu dan selimut yang aku gunakan benar-benar berbeda. Inilah kamarku.
Tiba-tiba pintu diruangan ini terbuka, memperlihatkan wajah-wajah yang aku
kenal. Bapak, ibu, adik, dan kakak beserta banyak kerabat memasuki ruangan
dengan membawa isak tangis dan memelukku begitu erat seakan mereka tidak
membiarkanku untuk pergi. “Tapi kenapa ? aku hanya berpisah dengan mereka
selama sehari saja” tanyaku dalam hati. Seakan mengetahui pikiranku, bapak kemudian
menjelaskan semuanya. Menjelaskan bagaimana aku sudah tidak sadarkan diri
selama lima hari dan begitu khawatirnya keluargaku akan kondisiku. Akupun
bertanya kepada bapak kenapa bapak bisa tahu kalau aku berada dirumah temanku
padahal aku tidak bilang siapa-siapa. “Hah temanmu ?, temanmu yag mana le ?
perasaan kamu itu tidur sehabis ashar terus kamu nggak bangun-bangun sampai
sekarang ini” kata bapakku yang mengejutkanku. “Kamu juga ketika sedang tidur
itu sering ngigau-ngigau nggak jelas sama banyak banget keringetnya” lanjut
bapakku menegaskan bahwa aku tidak kemana-mana selama ini. jadi itu semua hanya
mimpi ?, kalau itu mimpi pun itu terasa begitu nyata bagiku. Akupun berusaha
untuk mengingat segalanya dari awal, tetapi hanya sedikit yang aku ingat,
bahkan rupa teman dimimpi ku itu pun aku tidak bisa mengingatnya. “Pantas saja
kejadian itu terasa begitu cepat” pikirku dalam hati. Tak lama berselang
laki-laki berjubah putih masuk kedalam ruangan membawa air putih didalam gelas
lalu menyodorkannya kepadaku. “Ini minumlah.” Katanya padaku. Akupun
meminumnya. “ Jadi kamu ini sudah menjadi target ilmu hitam seseorang” katanya
membuatku kaget dan ingin memuntahkan air putih yang sedang berada di dalam
mulutku tetapi ak tidak melakukannya karena mungkin akan terasa tidak etis
dihadapan orang banyak. Lelaki itu pun menjelaskan semuanya, dari keadaan malam
yang tiba-tiba saja menjadi gelap gulita sampai sesosok bayangan yang
menghantamku sehingga aku tak sadarkan diri di mimpi itu.
“Jadi keadaan
ruangan yang semakin meredup itu menandakan bahwa upacara ilmu hitam sedang
dimulai, semakin gelap ruangan itu semakin ilmu hitam itu bekerja. Nah kalau
suara-suara cakaran dan dobrakan itu si pengirim ilmu hitam sedang mengirim
bala tentaranya untuk menembus pertahanan jiwamu yang diwujudkan sebagai pintu.
Selepas itu si pengirim mengirimkan iblis yang ditugaskan untuk melemahkan
jiwamu dan mengurungmu ditempat itu. Pintu bercahaya itu sebenarnya merupakan
salah satu jebakan yang mereka buat, membuatmu berlari meraihnya dan tersesat
didalam kegelapan abadi sebagai budaknya ketika pintu itu tertutup. Tetapi
untungnya doa-doa yang kami panjatkan dapat menyelamatkanmu dari bahaya itu.
Dan mungkin saja bayangan hitam yang memukulmu itu merupakan wujudan dari doa
kami.” Penjelasan laki-laki itu membuatku memahami arti dari semua ini. akupun
tertunduk lemas sembari mengucapkan rasa syukurku kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena telah mengabulkan doaku sehingga aku bisa selamat. Tak terasa air mata
mengalir dari kedua kelopak mataku membasahi pipi lalu terjatuh dari tanah.
Orang-orang disekitarku kemudian berusaha untuk menenangkanku dengan mengatakan
bahwa semua sudah tidak apa-apa lagi dan semua akan berjalan normal seperti
biasa. Akupun mengucapkan terima kasih kepada laki-laki itu dan memeluknya.
“Sudah dek,
semua sudah ada kodratnya, bukan Cuma kamu saja yang terjebak oleh ilmu hitam
ini.” Akupun tersentak karena kata-katanya.
“Sudah beberapa
anak yang terjebak dalam ilmu hitam ini, bahkan beberapa dari mereka tidak
seberuntung dirimu.” Tukasnya lagi, aku pun melepaskan pelukanku.
“Lalu apa
penyebabnya mereka bisa terjerumus dalam jebakan itu ?.” tanyaku kepadanya.
“Mereka yang
masuk jebakan adalah mereka yag tidur sehabis ashar, karena sehabis ashar tubuh
kita terasa begitu lelah dan jiwa kita sedang dalam batas bawahya sehingga
sangat mudah untuk dijadikan target.” Jawabnya membuatku mengangguk lirih
sembari menyeka pipiku yang basah oleh air mata.
Lelaki itu pun
juga berkata bahwa dalam tiga hari terakhir ini satu keluarga mendoakanku agar
cepat bangun dari tidur dan menyambut mereka dengan gembira. Aku lihat
disekelilingku bahkan sampai bapakku yang tegas itu sampai menangis, ibuku yang
terkenal akan keteguhan dan kelapangan hatinya pun ikut menangis karenaku, beberapa
orang dikamarpun menampakkan ekspresi yag sama kecuali laki-laki itu.
Akupun mendapat
pelajaran dari kejadian ini. Bahwa aku tidak seharusnya tidak tidur sehabis
ashar karena memang di daerahku bahkan di agamaku tidur sehabis ashar itu tidak
dibolehkan karena mengganggu kesehatan jiwa. Yang aku tidak tahu adalah kalau
melanggar perintah sepele itu membuatku mengalami kejadian seperti ini,
kejadian yang mungkin tidak akan terlupakan seumur hidupku.
Komentar
Posting Komentar